Mengolah Sampah atau Pengolahan Limbah Tumbuhan Menjadi Pupuk Granular
5 minute read
Kondisi yang sering dialami terkait dengan bencana alam
seperti banjir, wabah penyakit sebenarnya banyak terjadi diakibatkan ulah
manusia yang akibatnya dalam jangka panjang. Suatu contoh tentang kesadaran
membuang sampah, banyak ditemui didaerah pinggiran surangi banyak penduduk yang
kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan terutama jika membuang sampah yang
lansung dibuang di sungai.
Pada saat musim penghujan banyak terjadi bencana banjir
terjadi yang sebenarnya adalah akibat dari pembuangan sampah di sungai. Dan ini
terulang hampir setiap tahunnya ketika musim penghujan tiba. Masalah limbah
tidak ada habis-habisnya malah semakin meningkat, solusi yang ditawarkan
pemerintah melalui sosialisasi pembuangan sampah yang benar, daur ulang limbah
menjadi barang – barang kerajinan dan lain sebagainya masih belum bisa
memberikan penyelesaian masalah.
Dengan harapan memberikan bacaan yang bermanfaat bagi
pembaca khususnya mengenai masalah sampah kami bertujuan memberikan sebuah
informasi dalam artikel ini yang berisi :
- Untuk mengetahui jenis-jenis sampah
- Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sampah
- Untuk mengetahui cara mengolah sampah
- Mencoba menganalisis dan memecahkan masalah tentang sampah
![]() |
Mengolah Sampah atau Pengolahan Limbah Tumbuhan Menjadi Pupuk Granular |
Pengertian Sampah / Limbah
Secara sederhana dan mudah dipahami sampah atau limbah
adalah segala jenis barang atau sisa bahan yang telah digunakan sebagai bahan
konsumsi atau bahan produksi yang sudah tidak digunakan lagi dapat disebut
sebagai sampah atau limbah. Bahan sisa dari konsumsi penduduk atau masyarakat
dan juga bahan sisa dari hasil produksi tersebut masih dibedakan menjadi dua
jenis :
Jenis-Jenis Sampah Organik / Limbah Anorganik
Limbah atau Sampah organik berasal dari sisa konsumsi atau
produksi makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan, Sampah organik
sendiri dibagi menjadi :
Sampah organik
basah.
Pengertian secara sederhana tentang sampah organik basah merupakan
jenis limbah atau sampah yang masih memiliki kandungan air
yang cukup tinggi. Contohnya kulit dari buah-buah dan sisa sayuran.
Sampah
organik kering.
Sementara bahan-bahan sisa yang termasuk sampah limbah organik
kering adalah bahan sisa organik lain yang kandungan airnya sedikit. Contoh
sampah atau limbah organik kering adalah kertas, kayu atau ranting pohon, dan
dedaunan kering.
Pencacahan Sampah untuk Membuat Kompos
Sampah atau Limbah organik yang sudah terpisah dengan Sampah atau
Limbah non organik selanjutnya hancurkan dengan menggunakan
mesin pencacah. Tujuan utama dari pencacahan untuk memperkecil dan
menyeragamkan ukuran bahan-bahan baku kompos sehingga mempercepat proses
fermentasi. Bila kandungan air masih tinggi, sampah yang telah di cacah dapat
di press lagi untuk mengurangi kandungan air.
Penyiapan Aktivator (PROMI)
Untuk mempercepat waktu dalam fermentasi dalam proses
pengomposan kita menggunakan activator PROMI dari Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia. Ukuran yang digunakan atau yang menjadi patokan adalah setiap
1 Ton sampah mentah diperlukan 1 kg PROMI.
Peroses pengomposan pada
musim kemarau dimana sampah pasar dengan kadar air yang relatif sedikit,
bahan Promi dicampurkan bersama 20 liter
air dan 1 liter tetes tebu. Namun, pada musim penghujana apila jumlah kadar air
dalam sampah dari pasar cukup tinggi maka PROMI di campurkan dengan pasir atau
tanah kering. Apabila diperlukan sampah
atau limbah dipress dulu agar kandungan air berkurang.
Pencampuran PROMI di dalam Bak Pengomposan
Sampah yang sudah melalui proses pencacahan selanjutnya
dicampur dengan bahan PROMI dan ditampung di bak-bak pengomposan. Sampah tidak
boleh diinjak-injak, karena akan menyebabkan menjadi padat dan kandungan udara
di dalam kompos berkurang.
Pengadukan / Pembalikan
Unit Pengolahan Sampah Pasar Bunder dalam memproduksi kompos
menggunakan system aerob / dengan udara terbuka. Dalam jangka waktu 3 hari sesudah sampah atau limbah dimasukkan ke bak pembuatan kompos kemudian di lakukan pemeriksaan suhu kompos di
dalam bak. Bila di rasa terlalu panas perlu di lakukan proses pengadukan atau
pembalikan untuk memberikan sirkulasi udara yang bertujuan agar proses
pengomposan bisa merata. Pengadukan di lakukan minimal 3 hari sekali.
Panen Kompos
Selang waktu selama 14 hari sampah atau limbah tersebut akan
mengalamai perubahan warna menjadi
kehitaman dan menjadi lebih lunak. Kompos sampah telah cukup matang. Kompos tersebut
dikumpulkan dan dibawa menujut proses lebih lanjut. Di tempat ini kompos
dicacah sekali lagi untuk kemudian di ayak menggunakan saringan yang lebih
kecil untuk menyeragamkan ukuran dan mempercantik tampilan kompos.
Pengolahan Paska Panen
Setelah kompos yang sudah jadi di ayak, proses selanjutnya adalah
memasukkan kompos ke gudang penyimpanan sebelum di lakukan pengemasan. Selain
produksi dalam bentuk kompos curah, kompos hasil ayakan juga bisa di proses
lagi menjadi pupuk organik bentuk granular atau butiran.
Proses Membuat Pupuk Organik Granular
Proses yang dilakukan selanjutnya ketika membuat pupuk
organik granular, bahan kompos yang sudah di ayak tersebut dimasukkan ke dalam wadah
mesin molen yang memiliki putaran stasioner dengan di campur air dan kalsit
sebagai bahan perekat. Proses pembautan kompos bentuk curah menjadi bentuk granular
menggunakan mesin molen membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit dimana sekali
proses bisa di hasilkan sekitar 100kg pupuk organik granular. Pupuk organik
berbentuk granular tersebut kemudian di jemur sampe kering. Setelah pupuk
tersebut kering maka proses pengemasan bisa dilakukan.
Pengemasan Pupuk Granular
Setelah itu dilakukan pengemasan sesuai dengan permintaan
konsumen. Untuk kompos curah biasanya dalam karung berisi 20 kg dalam
pengemasannya. Dan ukuran pupuk organik granular
1 sak atau satu karungnya biasa berisi 25 kg. selanjutnya kompos dan pupuk
organik granular siap untuk dipasarkan.
Kelebihan Mengolah Sampah Organik
Ada keuntungan jika kita dapat mengolah sampah organik
terutama sampah atau limbah dari sisa konsumsi atau produksi dari mahluk hidup
diantaranya :
- Dapat menghasilkan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
- Mengurangi jumlah sampah organik yang ada disekitar lingkungan.
- Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
- Menekan biaya pengeluaran untuk mengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
- Memperkecil lahan-lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
- Dapat melestarikan lingkungan dan mengurangi resiko terjadinya bencana bajir dan wabah penyakit terutama ketika musim penghujan tiba
Kekurangan Mengolah Sampah Organik
Ketika sampah sudah diolah menjadi pupuk kompos organik,
pupuk siap untuk digunakan sebagai tambahan nutrisi untuk penyubur tanah. Namun
masih ada kekurangan dari pupuk kompos, biasannya unsur hara relatif lama dapat diserap tanaman,
selain itu pembuatannya relative lebih lama, dan sulit dibuat dalam jumlah besar
atau jumlah banyak. Jadi untuk menunjang peningkatan jumlah hasil
pertanian masih diperlukan pupuk buatan.
Sampah merupakan materi atau bahan-bahan sisa yang sudah tidak diinginkan atau tidak digunakan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam
proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak
bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair,
atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama
gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan
menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan
sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih
menghargai lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu.
Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak
maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.
Semoga artikel tentang Mengolah Sampah atau Pengolahan Limbah Tumbuhan Menjadi Pupuk Granular dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi.