-->

Upaya Meningkatkan Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Proyek Atau Tugas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa

Berikut ini kami bagikan file Laporan Penelitian Tindakan Kelas Upaya Meningkatkan Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Proyek Atau Tugas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa, seperti apa bentuk laporan tersebut :

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN BERBASIS PROYEK/TUGAS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA  ………………………………………….
TAHUN ……………………

KARYA TULIS ILMIAH


OLEH
………………………………………….
NIP……………………..




DINAS PENDIDIKAN KOTA…………
……………………………………
………………………………………………..

HALAMAN PENGESAHAN


KARYA ILMIAH

BERJUDUL
PENERAPAN STRATEGI  PEMBELAJARAN KONTEKTUAL MODEL PENGAJARAN BERBASIS PROYEK/TUGAS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS …………………………………
TAHUN ………………………………………..



OLEH
…………………………………………………..

TELAH DISETUJUI,

Pengelola Perpustakaan  Ketua  PGRI
………………………. .  Kota


………………………  …………………
NIP:                               NIP

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Karya tulis ilmiah yang berjudul “Penerapan Strategi pembelajaran Kontekstual Modal Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas Dalam meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas……….. Tahun………………. ”ini, disusun untuk memenuhi persyaratan kenaikan golongan profesi guru dari IVa ke IVb.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini  tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Yth Kepala Dinas Pendidikan Kota  …………….
2. Yth Ketua PGRI Kota ………………………
3. Yth Rekan-rekan Guru …………………
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan  saran  yang bersifat  membangun sangan peneliti harapkan demi kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang.



………………,Oktober 2001

Penulis

ABSTRAKSI

……………….,2001. “Penerapan Strategi pembelajaran Kontekstual Modal Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas Dalam meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas……….. Tahun………………. ”

Kata  kunci: Akutansi, Ekspositori
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asa pakai, tetapi setelah melalui seleksi. Sebab dalam kegiatan belajar mengajar, mengajar bukjan semata persoalan menceritakan . belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar emerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah  kegiatan beajar aktif.
Penelitian  ini berdasarkan permasalahan (a)Apakah pembelajaran kontektual model pengajaran berbasis proyek/tugas dapat meningkatkan prestasi belajar mata diklat Akuntansi? (b) Bagaimanakah pengaruh strategi pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas  dalam meningkatkan motivasi belajar mata diklat akuntansi?
Sedangkan tujuan dari  penelitian ini adalah (a)ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar mata diklat akuntansi setelah diterapkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas (b) Ingin mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar mata diklat akuntansi.
  Penelitian ini menggunakan tindakan (Action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian  ini adalah siswa kelas ………………………………………………tahun pelajaran…………………. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi  kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil  analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai II yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (78,57%)
Simpulan  dari penelitian ini adalah metode pembelajaran ekspositori dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa……………………………., serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran mata diklat akuntansi

DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman pengesahan  ii
Kata Pengantar  iii
Abstraksi  iv
Daftar Isi  v
Daftar Lampiran  vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar  Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Kegunaan Penelitian 4
E. Definisi Operasional Variabel 5
F. Batasan Masalah 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar 7
B Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 8
C. Motivasi Belajar 10
D. Motivasi Remaja 11
E. Prinsip Motivasi 15
F. Teknik Memotivasi Berdasarkan Teori Kebutuhan 18
G. Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, waktu dan subjek penelitian 31
B. Rancangan Penelitian 31
C. Alat Pengumpulan Data 35
D. Analisis Data 36
BAB IV HASIL  PENELITIAN DAN  PEMBAHASAN
A. Analisis Data Penelitian Persiklus 35
B. Pembahasan 46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 50
B. Saran 51

DAFTAR PUSTAKA 53

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
Lampiran 1Biodata Penulis  55
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran  56
Lampiran 3 Hasil Ulangan Harian pada Siklus I   58
Lampiran 4 Hasil Ulangan Harian pada Siklus II  60
Lampiran 5 Hasil Ulangan Harian pada Siklus III 62
Lampiran 6 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa
Putaran I    64
Lampiran 7 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa
Putaran II    66
Lampiran 8 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa
Putaran III    68

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah uintuk  memiliki strategi itu ialah  harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.
Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara pengajaran yang dipergunakan oleh guru  atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai   teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau penyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas , agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau metode mengajar  atau teknik penyajian  yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi  atau massage lisan kepada siswa berbeda degnan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang  dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan  pendapatnya sendiri di dalam  menghadapi segala persoalan.

  Kita mengenal bermacam-macam teknik penyajian dari yang tradisional,  yang diguakan dahulu kala, tetapi juga yang modern, yang digunakan baru akhir-akhir ini.
Perkembangan  selanjutnya para ahli   masih  perlu mengadakan penelitian dan eksperimen agar dapat menemukan teknik penyajian yang dipandang paling efektif untuk pelajaran tertentu, apakah hal itu akan terjawab, kita serahkan pada hasil penelitian para ahli tersebut.
Dari bermacam-macam teknik mengajar itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanakaan penyajian, tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi modern seperti televise, radio, kasset, video-tape, film, head projector, mesin belajar dan lain-lain, bahkan telah menggunakan bantuan satelit. Ada pula teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas, tetapi ada pula yang digunakan untuk sejumlah siswa yang tidak terbatas.
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, sebab dalam kegiatan belajar mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dna pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bias membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas.  Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (movong about dan thinking alound)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dan membahasnya dengan  orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “ mengerjakannya,” yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penuliis mengambil  judul ‘ Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Diklat Akuntansi Pada  Siswa Kelas………………………………tahun Pelajaran………………………….

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diats maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dapat meningkatkan prestasi belajar mata diklat Akuntansi pada siswa kelas ………………………………………………….?
2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dalam meningkatkan motivasi belajar mata diklat Akuntansi pada siswa  kelas……………………………………….?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar mata diklat Akuntansi setelah diterapkan pembelajaran kontekstuial model pengajaran berbasis proyek/tugas pada siswa kelas ……………………………..?
2. Ingin mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dalam meningkatkan  prestasi dan motivasi belajar mata diklat Akuntansi setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas pada siswa kelas ……………………………………..

D. Kegunaan Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian  ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan  proses belajar mengajar mata diklat Akuntansi
2. Meningkatkan prestasi dan motivasi pada pelajaran  mata diklat Akuntanasi
3. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang  peranan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar  mata diklat Akuntansi
4. Sebagai penentu kebijakan dalam  upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata diklat Akuntansi
5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran mata diklat Akuntansi

E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengajaran berbasis masalah (problem Based Learning) adalah
Suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah, autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topic mata pelajaran dan melaksanakan tugas bernama lainnya. Pendekatan ini memperkenalkan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonsentrasikan dalam produk nyata.
2. Motivasi belajar adalah
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapi tujuan tertentu.
3 Prestasi belajar adalah
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas ………………………………………………..tahun pelajaran………….
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Sepetember semester ganjil tahun pelajaran…………………………………
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan  transaksi keuangan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu  perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang  intelektual pada khususnya. Jadi  belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perbuatan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik,  tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah  laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajarm maka perubahan harus merupakan  akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhasi-hari , berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yanbg tidak dapat dilihat  dengan nyata prose situ terjadi dalam diri seseorang  yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud  dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya  terjadi secara internal di dalam diri indivdu dalam penguasaan memperoleh hubungan-hubungan baru.


2. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil   ynag telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasul yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi  adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar  menginginkan hasil yang baik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya  supaya prestasinya berhasil degna baik. Sedan pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu.
3. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang  lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.


Oleh Karen itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi factor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

B. Faktot-Faktor yang  Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Adapun factor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
a. Factor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut factor individu. Yang termasuk ke dalam factor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasaran, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut  dengan faktor social
Sedangkan  yang faktor social antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara dalam mengajarkannya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi social.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas, bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan dalam arti tidak ditunjang atau di dukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.

C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulus tindakan kearah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan  menuju kea rah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat.
Suatu prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil  jalan pendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin berpandangan bawah di dalam  kelas  para siswa  harus mengabdikan dirinya kepada  penguasaan kurikulum. Akan tetapi para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik  yang menujui kearah kebebasan , produktivitas , kedewasaan atau apa saja yang dipandang mereka sebagai perkembangan yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong  mereka untuk memilihj topic, kegiatan atau tujuan yang bermanfaat baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.

D. Motivasi Belajar Remaja
1. Harapan untuk sukses dalam memecahkan masalah tingkah laku
Untuk memecahkan masalah tingkah laku belajar remaja ada dua faktor:
a. Kesulitan tugas yang dipelajari dan banyaknya pengalaman yang telah dimiliki individu untuk mengerjakan tugas yang sama. (Sulit mempelajari sejumlah pengalaman dalam waktu yang sama)
b. Penggunaan situasi yang tepat untuk memecahkan masalah yang khusus.
Ada dua  kemungkinan memecahkan masalah itu, yaitu gagal dalam arti tidak tercapai tujuan atau sukses dalam arti berhasil apa yang diharapkan.
Untuk membuktikan kelompok mana yang berhasil “baik” ada empat kelompok percobaan yaitu:
a. Kelompok yang diberi dorongan
b. Kelompok yang diberi rintangan (tak diberi dorongan)
c. Kombinasi kelompok a dan b
d. Kelompok pengontrol yang tidak diberi  penguatan verbal.
2. Tinjauan masa Depan yang Optimistis dan Prestasi Akademis
Tujuan memberikan arah bagi perilaku sekaligus memberi motivasi untuk bekerja pada saat itu. Individu  yang  berprestas akademi  tinggi tampaknya ditandai oleh sikap-sikap yang lebih optimis dan pemusatan perhatiannya lebih tinggi terhadap tujuan-tujuan masa mendatang.
Menurut teori Eston yang sejalan  teori Lewi, bila dalam diskusi para pengelola selalu membicarakan masa akan yang akan dating, berarti mereka mempunyai harapan positif dan optimis. Sebaliknya , mereka yang kurang perhatian, tanpa konsentrasi, berarti  harapanny6a pendek dan prestasinya rendah.
3. Motivasi siswa dalam Hubungan degnan Aktivitas Dorongan Sosial
Menurut teori Boyle M.Bortner ( dalam Halamik, Oemar, 2000:179), guru tidak selalu dapat menciptakan motivasi, sedangkan motivasi adalah dasar untuk setiap usaha dan berpengaruh terhadap pihak lain. Contohnya pembuat iklan, penerbit, mandor, dan hakim, selalu memikirkan motivasi. Begitu pula guru harus disukai oleh ynag lain. Motivasi itu sangat penting dan menentukan kegiatan dalam belajar. Bila remaja tidak punya motivasi maka guru tidak menjamin penepatan siswa di kelas tertentu, baik kegiatan belajarnya maupun  keberhasilannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ialah umur, kondisi fusuk dan kekuatan intelegensi yang juga harus dipertimbangkan dalam hal ini. Motivasi sangat penging karena suatu kelompok yang tidak punya motvasi (belajarnya kurang atau tidak berhasil). Dengan demikan, motivasi harus dikembangkan berdasarkan pertimbangan perbedaan individual. Secara umum semua manusia membutuhkan motivasi untuk giat bekerja kecuali  (mungkin0 orang yang sudah tua dan orang yang sedang sakit.
4. Dorongan Aktivitas
Hampir setiap orang menyukai situasi yang menyediakan pekerjaan. hal ini dapat kita lihat misalnya anak kecil biasanya suka berlari, meloncat, berteriak, bermain  membangun remaja biasanya belajar berorganisasi, berpartisipasi, menari, mengembangkan  hobi dan membuat rencana. Ini berarti bahwa guru harus melihat dan memperhatikan siswa mana yang aktif dan kreatif sehigga perlu diberi kesempatan untuk aktif. Guru membantu  siswa yang mendapat kesulitan atau suatu masalah. Ia memberikan petunjuk dan demonstrasi, melaksanakan karyawisata, survey, wawancara dengan warga  masyarakat dan sebagainya.
5. Dorongan untuk merasa aman
Remaja mempunyai motif yang kuat untuk mengembangkan  minat dan memperoleh pekerjaan, berdiri sendiri, mengubah status social, dan mengembangkan emosi yang normal.
Motivasi dapat digunakan sebaai alat dalam prosedur belajar-mengajar dengan demikian , guru harus membantu mereka dalam memenui kebutuhan akan keamanannya antara lain dengan cara sebagai berikut:
a. Memberikan kesempata yang cukup untuk berpartisipasi aktif, memberi semangat, memberi ide dan menyediakan situasi belajar yang baik.
b. Melaksanakan kegiatan dramatisasi melalui perencanaan bersama guru dan para siswa.
c. Mengadakan survaim wawancara dan mendorong  keberanian mereka dalam forum pertemuan dengan orang dewasa.
d. Memecahkan masalah bersama siswa. Guru jangan memecahkan masalah secara samara-samar karena tidak akan berhasil baik.

6. Dorongan untuk Masteri (The Mastery)
Remaja memiliki keinginan untuk berdiri sendiri. Untuk memuaskan dorongan ini guru harus memberi semangat kepada mereka, antara lain dengan cara :
a. Membantu setiap siswa sampai dia sukses.
b. Membebaskan siswa dar keterbelakangan
c. Mengembangkan kemampuan mereka secara optimal.
d. Memberikan bimbingan dan latihan
7. Dorongan untuk Dihargai (the Drive for Recognition)
Setiap orang ingin dihargai oleh orang lain. Misalnya
a. Anak kecil ingin dikenal oleh anggota keluarga lainnya.
b. Pada  masa sekolah anak mempunyai kondisi yang kuat untuk dikenal oleh teman-temannya.
Beberapa orang siswa merasa tidak beruntung karena mereka tidak mendapat pengakuan social sebagaimana mestinya.  Mungkin siswa yang bersangkutan kurang  kemampuannya. Guru akan berusaha meningkatkan hasil belajarnya, bukan membeda-bedakan dari yang lainnya. Guru perlu memberikan pujian untuk menghargai kemajuan seseorang. Ia hendaknya berusaha menyalurkan minat siswa melalui pengalaman dalam pekerjaan dan dalam hobinya.


8. Dorongan untuk Merasa  Memiliki (The for Belonging)
Keinginan untuk hidup berkelompok juta terdapat di kalangan remaja. Hal ini perlu dikembangkan  sejak kecil sejak anak masuk sekolah mereka menyukai setiap  orang. Hal ini dapat dijadikan modal guru dalam memotivasi. Teknik penyajiannya ialah melalui aktivitas kelompok, panitia kerja, percobaan, pembentukan klub-klub, khusus, misalnya klub percakapan bahasa inggris.

E. Prinsip Motivasi
Prinsip ini di susun atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi belajar siswa di sekolah berdasarkan pandangan demokrasi. Ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksanakan:
1. Pujian  lebih efektif  dari  pada hukuman . hukuman bersifat menghentikan  suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat   menghargai apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu pujial lebih besar nilainya bagi motifasi belajar.
2. Semua siswa  mempunyai  kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat  pemusatan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Para siswa yang dapat memenuhi  kebutuhannya secara efektif   melalui kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi dan disiplin.
3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang  dipaksakan dari luar. Kepuasan yang didapat oleh individu itu sesuai  dengan ukuran yang ada di dalam dirinya sendiri.
4. Jawaban ( perbuatan)  yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan (reinformancement)  apabila  suatu perbuatan  belajar mencapai tujuan maka perbuatan itu perlu segera diulang kembali beberapa menit kemudian sehingga hasilnya lebih mantap. Penguatan ini perlu dilakukan dalam setiap tingkat pengalaman belajar.
5 Motivasi mudah menjalar luar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan mempengaruhi para siswa sehingga mereka juga berminat tinggi dan antusias. Siswa yang antusias akan mendorong motivasi para siswa lainnya.
6. Pemaham yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya, perbuatannya kearah itu akan lebih  besar daya dorongnya.
7. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendir akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksanakan oleh guru. Apabila siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri ia akan mengembangkan motivasi dan disiplin yang lebih baik.
8. Pujian-pujian yang datannya dari luar (external rewards) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain misalnya untuk  memperoleh angka yang  lebih tinggi, siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.
9. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk mendorong minat siswa. Cara mengajar  yang bersifat ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan.
10.Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna  untuk  mempelajari hal-hal lainnya. Minat khusus yang telah dimiliki oleh siswa, misalnya minat bermain bola basket, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah  tertentu dalam bidang studi.
11.Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi  para siswa ynag tergolong pandai. Hal ini disebabkan oleh perbedaanb tingkat abilitas pada siswa tersebut. Oleh karena itu guru yang hendak membangkitkan minat para siswanya hendaknya menyesuaikan usahanya dengan kondisi yang ada pada mereka.
12.Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
13. Motivasi erat hubungannya dengan  kreativitas siswa. Dengan teknik mengajar tertentu, motivasi dapat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh  siswa apabila diberi semacam hambatan misalnya adanya ujian yang mendadak, peraturan sekolah, kreativitasnya akan meningkat sehingga dia lolos dari hambatan  itu.
14. Kecemasan  akan menimbulkanm kesulitan belajar. Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal laan sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif.
15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik. Emosi yang lemah dapat  menimbulkan perbuatan yang lebih energetic, kelakuan yang lebih bergairah.
16. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu, para siswa cenderung   melakukan hal-hal yang tidak wajar sebaga manifestasi dari frustasi yang terkandun di dalam dirinya.
17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlain-lainan. Ada siswa yang kegagalannya justru menimbulkan insentif, tetapi ada anak yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan. Hal ini tergantung pada stabilitas emosi masing-masing.

F. Teknik Memotifasi Berdasarkan Teori Kebutuhan
1. Pemberian Penghargaan atau Ganjaran
Teknik ini dianggap berhasil bila menumbuh kembangkan minat anak untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan adalah membangkitkan atau mengembangkan minat. Jadi penghargaan ni menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan Karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.
2. Pemberian Angka atau Grade
Apabila pemberian angka atau grade didasarkan  atas perbandingan interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal : anak yang mendapat angka baik dan anak yang mendapat angka jelek. Pada anak yang mendapat angka jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tidak ada semangat ter hadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.
Dalam hubungan ini, William Glasser dalam Schools without Failure (1969) (dalam Hamalik Umat, 2000:184) menyatakan “ karena  grade a tau angka itu lebih banyak menekankan kegagalan daripada keberhasilan dan karena kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah, maka saya menyarankan system pelaporan  kemajuan siswa  yang keseluruhannya menghilangkan kegagalan. Saya menyarankan  jangan ada siswa yang tergolomng gagal atau hal-hal yang menyebabkan a merasa gagal dengan adanya system angka”.

3. Keberhasilan   dan tingkat Aspirasi
Istilah “tingkat aspirasi” menunjuk kepada tingkat pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat dengan konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya.
Menurur Smith apa yang dicita-citakan seseorang untuk dikerjakan pada masa datang tergantung pada pengamatannya tentang apa—apa yang mungkin baginya. Menurut Borow, tingkat aspirai banyak tergantung pada inteligensi, status social ekonomi, hubungan dan harapan orang tua. Akan tetapi faktor  yang paling kuat adalah perbandingan besar-kecilnya (proporsi) pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan (Hamalik, Oemar, 2000:185)
Dalam hubungan ini guru dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuna harus dapat dicapai dan para siswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya.
4. Pemberian Pujian
Teknik lain untuk memberikan motivasi adalah pujian. Namun harus diingat bahwa efek pujian  itu tergantung pada siapa   yang  memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu.  Para siswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga diri, mengalami kecemasan dan merasa tergantung para orang lain akan responsive terhadap pujian. Pujian dapat  ditunjukkan  baik secara verbal maupun secara non verbal. Dalam bentuk nonverbal  misalnya anggukan kepala, senyuman atau tepukan bahu .
5. Kompetisi dan Kooperasi
Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan uyan sama untuk menang. Kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam sifat-sifat para peserta.
Ada tiga jenis persaingan yang efektif:
a. Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan.
b. Kompetisi kelompok  di mana setiap anggota dapat memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi yang sangat kuat.
c. Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif.
Adapun kebutuhan akan realisasi diri, diterima oleh kelompok dan kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi dengan cara kerja sama. Menurut lowry dan Rankin (1969) kerja sama adalah fungsi utama dan merupakan bentuk yang paling dasar dari hubungan-hubungan antar kelompok (dalam Hamalik, Umar, 2000: 186)
6. Pemberian Harapan
Harapan selalu mengacu ke depan Artinya, jika seseorang berhasil melaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegiatan belajarnya dia dapat memperole dan mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada siswa dapat menggugah minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan hadiah, kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya cara ini tidak menghasilkan apa-apa jika tidak memenuhi harapan yang diberikan kepada para siswa.


G. Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas
Pengajaran berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based learning) membutuhkan  suatu pendekatan pengajaranm komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap  masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topic mata pelajaran dan melaksanakan tugas bernama lainnya. Pendekatna ini memperkenalkan siswa untuk secara mandiri dalam mengkonstruksikannya dalam produk nyata (Buck institute for Education, 2001)
Siswa diberikan tugas/ proyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi realistis/autentik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya  agar mereka dapat menyelesaikan tugas mereka (bukan diajar sedikit  demi sedikit komponen-komponen suatu tugas kompleks  yang padu suatu diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut). Prinsip ini digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di kelas seperti proyek, simulasi, penyelidikan masyarakat, menulis untukj disajikan kepada forum mendengar yang sesungguhnyam dan tugas-tugas autentik lainnya. Istilah situated  learning (Prawat, 1992) digunakan untuk menggambarkan pembelajaran yang terjadi di dalam kehidupan nyatam, tugas-tugas outentik/asli yang sebenarnya.
Tidak memandang apakah suatu tugas harus dikerjakan sebagai pekerjaan  kelas atau sebagai pekerjaan rumah, empat prinsip berikut ini membantu siswa dalam perjalanan  mereka menjadi  pembelajaran mandiri yang efektif.
1. Membuat tugas bermakna, jelas dan menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi siswa untuk  kehilangan minat dan melakukan tindakan  yang tidak relevan khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang dapat dipertahankan  ketertiban  siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu dan apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secara bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjuk bahwa  guru jarang menaruh  perhatian pada tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang terlibat. Sebaliknya guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dapat menghabiskan  waktu banyak menjelaskan kepada siswa di mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementara petunjuk-petunjuk tentang “ apa yang dilakukan  “ adalah penting  guru tidak menyertakan penjelasan  tentang “ mengapa”  sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang  terlibat. Sebelum memberikan suatu tugasm guru hendaknya  mempertimbangkan ciri penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu cukup untuk menjelaskan cirri penting itu  kepada siswa.
2. Menganekaragamkan tugas-tugas
Sama dengan kehidupanb pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah siswa  kemungkinan besar  tetap terlibat dan mengerjakan pekerjaan mereka jika  tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik daripada  tindak monoton. Guru yang efektif  mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas belajar dan strategi-strategi kognitif yang  terlibat. Membaca dalam hati, laporan proyek-proyek khusus dan bahan-bahan multimedia menawarkan berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak  ada alas an bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
3. Menaruh perhatian pada tingkat kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan  yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyesuaian tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tersebut seharusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil tinggi. Siswa tidak akan  tertantang  ketika tugas-tugas yang diberikan guru terlalu mudah. Mereka  menyikapi tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tngkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yang menantangm namun cukup  mudah sehingga kebanyakan siswa akan  menemukan  pemecahannya dan mengerjakannya tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
4. Monitoring Kemajuan siswa
Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitoring tugas-tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk menetahui apakah siswa memahami tugas  mereka dan proses-proses kognitif yang terlibat. Monitoring  ini  juga termasuk pengecekan  pekerjaan siswa dan pengembalian tugas dengan  umpan balik. Pada saat beberapa sswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan siswa lain dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa    yang bekerja untuk memastikan apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam kelompok-kelompok tersebut secara bergantinga dan berkeliling di antara siswa yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepada mereka dengan umpan balik.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) Karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian dskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu  teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk, (2002L54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3)  penelitian tindakan simulatif terinteratif dan (4) penelitian tindakana social eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan diatas ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaiman dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada (1) tujuaan utamanya atau pada tekanannya (2) tingkat  kolaborasi antara pelaku peneliti dan penelitia dari luar (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru angat berperan sekali dalam proses penelitian  tindakan kelas. Dalam bentuk in, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktif pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominant dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu  siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refreksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

A. Tempat, waktu dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat  yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh  data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di ………………………… tahun pelajaran…………………………..
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnuya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjila 2004/2005
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas 1-2………………………….tahun pelajaran ………………………………… pada pokok bahasan transaksi keuangan

B. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakana adalah satu strategi pemecahana masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut  dapat saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topic yang  dipilih harus memenuhi criteria yitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan  penelitian, baik interensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih dengan  tepat sasaran dan tidakj memboroskan waktu dana dan tenaga.
4. Metodologi  yang digunalkan harus jelas, rinci dan  terbuka, setiap langkah dari tindakana dirumuskan dengan  tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapta berhenti tetapi  menjadi tantangan sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi, 2002:82:82)
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih  yaitu penelitian tindkaan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian  tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat di lihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur diatas adalah:
1. Rancangan/rencana awalk, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan  yang dilakukan oleh  peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsepo siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterampkannya pembelajaran strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya:
Observasi dibagi dalam setiap siklus , yaitu siklus 1,2 dan seterusnya, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai  dengan  kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

C. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu : (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal. Disamping itu untujk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahan, khususnya pada bagian mana TPK  yang belum tercapai. Untuk  memperkuat data yang di kumpulkan maka juga digunakan metode observasi (pengamatan )  yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa  dalam proses belajar mengajar.

D. Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1. Merekapitulasi hasil tes
2. Menghitung  jumlah  skor yang tercapai dan prosentasenya  untuk masing-masiong  siswa  dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti  yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara  individual mencapai 85% yang telah memcapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.
3. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.





BAB IV
HASIL  PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85% sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 65.
A. Analisis data Penelitian Persklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap  ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dan lembar observasi aktivitas siswa.
b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September 2004 di kelas  dengan jumlah siswa 42 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Table 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklud I
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
        3 Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar 70,71
28
66,67

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan  menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasdis proyek/tugas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,71 dan ketuntasan belajar mencapai 66,67% atau ada 28 siswa dari 42 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ter sebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klalsik siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 66,67% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1. Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu
3. Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung
d. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi
1. Minat
Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 25 anak (59,52%) memiliki minat baik, 7 anak (16,67%) memiliki perhatian cukup, dan 10 anak (23,81% memiliki minat kurang.
2. Perhatian
Dari analisis data diperoleh hasil  sebanyak 17 anak (85%) memiliki perhatian baik, 2 anak (10%) memiliki perhatian cukup, dan  1 anak (5%) memiliki perhatian kurang.
3. Partisipasi
Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 16 anak (80%) memiliki partisipasi baik, 3 anak (15%) memiliki partisipasi cukup, dan 1 anak (5% memilik pastisipasi kurang.
e. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bias lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap in peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dan lembar observasi siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus  II dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2005 di kelas  dengan jumlah siswa 42 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir  proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil  Tes Formatif Sisw pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
      3 Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar 73,81
33
78,57

Dari tabel di ata diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 73,81 dan ketuntasan belajar mencapai 78,57% atau ada 33 siswa  dari 42  siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasik telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. adanya  peningkatan hasil belajar sisw ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mengerti apa yang dimaksud dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran kontekstual moel pengajaran berbasis proyek//tugas.
c. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi.
1. Minat
Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 27 anak (64,28%) memiliki minat baik, 7 anak (16,67%) memiliki minat cukup, dan 8 anak (19,05%) memiliki minat kurang.
2. Perhatian
Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 25 anak (59,52%) memiliki perhatian baik, 8 anak (19,05%) memiliki perhatian cukup dan 9 anak (21,42%) memiliki perhatian kukrang .

3. Partisipasi
Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 25 anak (62,50%) memiliki partisipasi baik, 9 ana (22,50%) memiliki partisipasi cukup, dan 6 anak (15,00%) memiliki partisipasi kurang.
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1. Memotivasi siswa
2. Membimbing  siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3. Pengelolaan waktu
e. Refisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi uintuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan  pendapat atau bertanya.
3. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini penelitian mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soan tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Seklain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2005 di kelas ………….. dengan jumlah siswa 42 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar  mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan  atau  kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil  penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut
  Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil  Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
      3 Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar 77,85
38
90,48

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,85 dan dari 42 siswa yang  telah tuntas sebanyak 38 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 90,48% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan  hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapokan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

c. Analisis data Minat, Perhatian, Partisipasi
1. Minat
Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 32 anak (76,19%) memiliki minat baik, 5 anak (11,90%) memiliki minat cukup dan 4 anak (11,90%) memiliki minat kurang.
2. Perhatian
Dari analisis data diperoleh  hasil sebanyak 30 anak (71,43%) memiliki perhatian baik, 7 anak (16,47%) memiliki perhatian cukup, dan 5 anak (11,90%) memiliki perhatian kurang.
3. Partisipasi
Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 28 anak (66,67%)  memiliki partisipasi baik, 9 anak (21,42%) memiliki partispasi cukup, dan 5 anak (11,90%) memiliki partisipasi   kurang.
d. Refleksi
Pada  tahap ini akan dikaji apa yang telah  terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kontektual model pengajaran berbasis proyek/tugas. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diurakain sebagai berikut:
1. Selama  proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3. Kekuranan  pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar siswa pada siklus III  mencapai ketuntasan.
e. Refisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran kontekstual model  pengajaran berbasis proyek/tugas dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil  penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I,II dan III) yaitu masing-masing 66,67%,78,57% dan 90,48% . pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.


2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu  dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata—rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Siswa  dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses  pembelajaran Kewarganegaraan pada pokok bahasan nilai, macam norma dan sanksinya dengan pembelajarsan kontekstual model pengajaran berbasis  proyek/tugas yang paling dominant adalah belajar dengan sesame anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antara siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
4. Analisis Data  Minat, Perhatian, Partisipasi
a. Minat
Dari  analisis data siklus I diperoleh hasil sebanyak 27 siswa (64,28%) memiliki mina baik, 7 siswa (16,67%) memiliki minat cukup dan 8 siswa (19,05%) memiliki minat kurang. Siklus II sebanyak 27 siswa (64,28%) memiliki  minat baik, 7 siswa (16,67%) memiliki minat cukup dan 8 siswa (19,05%) memiliki minat kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 32 siswa (76,19%) memiliki minat baik, 5 siswa (11,90%) memiliki minat cukup dan 4 siswa (10,00%) memiliki minat kurang.
Dari hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan pembelajaran mata diklat Akuntansi dengan menerapkan pembelajaran kontektual model pengajaran berbasis proyek/tugas dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.
c. Partisipasi
Dari analisis data siklus I diperol hasil sebanyak 25 siswa (59,52%) memiliki partisipasi baik, 10 siswa (23,81%) memiliki perhatian  cukup, dan 7 siswa (16,67%) memiliki perhatian kurang. Siklus II diperoleh hasil sebanyak 25 siswa (59,52%) memiliki perhatian baik, 10 siswa (23,81%) memiliki perhatian cukup dan 7 siswa (16,67%) memiliki perhatian kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 28 siswa (66,67%) memiliki perhatian baik, 9 anak (21,42%) memiliki partisipasi cukup dan 5 siswa (11,90%) memiliki perhatian kurang.
Dari hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan pembelajaran kewarganegaraan dengan menerapkan  pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dapat meningkatkan partispasi siswa terhadap pembelajaran.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan dari tujuan penelitian tindakan kelas (action research) untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang terjadi di kelas, serta berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tigas siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah  dilakukan dapat disimpulkan sebaga berikut:
1. Pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Mata diklat Akuntansi
2. Pembelajaran  kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (78,57%), siklus III (90,48%)
3. Pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dapat menjadikan meningkatkan minat , perhatian serta partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
4. pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis tugas/proyek dapat menumbuhkan jiwa kerjasama antar siswa.
5. Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi, minat, dan partisipasi belajar siswa.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Kewarganegaraan lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bias diterapkan dengan pembelajaran kontektual model pengajaran berbasisw proyek/tugas dalam proses  belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya  dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mamu memecahkan masalah-masalah  yang diharapi.
3. Dalam tahap awal pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas sebaiknya perlakukan terhadap siswa disesuaikan dengan model pengajaran berbasis proyek/tugas yang diterapkan.
4. Dalam pembelajaran sebaiknya memilih metode pembelajaran yang dapat memberikan keuntungan lebih baik siswa dari segi akademik maupun non akademik
5. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam waktu yang lebih lama misalnya triwulan atau satu semester karena siswa perlu waktu untuk   bisa menyesuaikan diri dengan metode pembelajaran kontekstual berbasis proyek/tugas.

DAFTAR PUSTAKA


Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo

Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar Secara  Manusiawi. Jakarta Rineksa Cipta

Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena Cipata

Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha Nasional

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP Fak. Psikologi UGM

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung Sinar Baru Algesindo.

Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998  Proses Belajar mengajar . Bandung : Remaja Rosdakarya

Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineksa Cipta

Masriyah. 1999 Analisis Butir  Tes. Surabaya: Universitas Press

Melvin. L. Siberman. 2004. Active  Learning, 101 Cara  Belajar Siswa  Aktif . Bandung Nusamedia dan Nuansa.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian  Siswa  Untuk Belajar. Surabaya University Press Universitas Negeri Surabaya.

Nurhadi, dkk.2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapan Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press)
Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Sardiman, A.M. 1996  Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, universitas Terbuka.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia

Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan , Suatu Pendekatan Baru. Bandung; Remaja Rosdakarya

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Lampiran 1

Dapatkan file secara lengkap berupa pengaturan, gambar, tabel dan lain-lain dalam format microsoft word (.doc) pada link dibawah ini !!